Rabu, 06 Oktober 2010

Untung Ada Syariat

“Pernahkah kita bayangkan bagaimana jadinya kalau perintah shalat tidak dibarengi dengan adanya tuntunan cara melaksanakannya?” Tanya Uztad Soleh kepada Jon Maslahat dalam suatu forum pengajian malam Jumat di Masjid RW 011. “Belum pernah membayangkannya, pak “ Jawab Jon Maslahat.

“Begini……..”, kata Uztad Soleh, “………. kalau hal itu terjadi, mungkin akan banyak umat yang bingung. Bingung tentang bagaimana shalat sewaktu berada di bus atau saat sedang sakit atau ketika sedang perang. Karena bingung dan masing-masing mempunyai ‘maunya’ sendiri-sendiri, mungkin akan terjadi bentrokan atau sengketa tentang ke arah mana shalat, kapan shalat, di tempat manakah shalat dilakukan dsb. Padahal shalat pada intinya adalah mengingat Allah agar tidak keji, tidak mungkar, tidak kikir, tidak keluh kesah. Coba lihat surat 20 : 14, 29 : 45, 70 : 19-23, 2 : 277, 75 :26-35 dan lainnya“

“Selanjutnya...contoh lain lagi.....”, kata Uztad Soleh, “bagaimana jadinya bila tidak ada aturan mengenai siapa saja yang boleh kita kawini. Boleh jadi akan ada seorang lelaki yang mengawini adik perempuannya. Atau seorang ibu kawin dengan anaknya. Terus ... apa jadinya kalau tidak ada aturan mengenai warisan, zakat dan syariat-syariat lainnya ? Ya tentunya akan terjadi berbagai macam kemungkinan akibat”.

Jon Maslahat mengangguk-angguk seperti anak kecil .

“Dengan demikian, kalau disimak, syariat dihadirkan Allah untuk mengurangi kebingungan manusia. Kebingungan yang biasanya timbul karena keterbatasan pengetahuan manusia untuk memahami hikmah secara menyeluruh. Contohnya hikmah shalat, hikmah kawin dll. Dengan adanya kebingungan, syaitan akan dengan leluasa ikut "nimbrung" sehingga terjadilah bentrokan atau persengketaan. Jadi dengan adanya syariat, orang masih tetap mempunyai pegangan. Di sisi lain, kehadiran syariat bukan untuk mempersulit manusia. Selama masih ada manusia yang bingung atau merasa sulit dengan suatu syariat, ya……… salah manusia itu sendiri. Bukan salah syariat tersebut. Coba periksa surat 5:6 dan 6:125.”.

Uztad Sholeh menambahkan bahwa kehadiran syariat sekaligus membuktikan bahwa Allah Maha Pengasih. Sebab dengan adanya syariat, berbagai macam perbedaan persepsi yang pokok bisa diperkecil. Memang tidak total. Mengapa? Karena Allah menghendaki manusia juga berpikir. Bukan seperti robot.

“Ingat bahwa Allah sangat murka kepada orang yang tidak menggunakan akalnya seperti difirmankan di surat 10 : 100” Katanya.

“Dan akhirnya dapat disimpulkan bahwa mengerjakan syariat-syariatNya dalam keadaan kita memahaminya adalah suatu kenikmatan yang tiada tara. Merupakan kebahagiaan yang murni. Sebaliknya melakukan puasa atau shalat atau syariat lainnya tanpa memahaminya atau tanpa menggunakan akal, akan menyebabkan seperti ada beban dan boleh jadi pula akan menyebabkan bentrokan, persengketaan dll..........ehhh....... maaf saudara-saudara .. jangan terlalu banyak diskusi. Kita perlu lebih banyak berbuat daripada bicara atau berdiskusi saja ……... Hikmah tidak dapat diperoleh dari diskusi, apalagi jika berdebat. Hikmah akan diperoleh kalau kita berbuat baik. Lihat QS 12;22 atau 28:12-14. Jangan serakah mencari hikmah. Tetapi marilah kita bersama-sama sebanyak mungkin berbuat baik. Di antaranya dengan mengerjakan atau mengikuti syariat yang ada. Mudah-mudahan karena itulah hikmah akan dapat diperoleh. Dan jangan lupa bersyukur…..untung ada syariat…………………..” Kata Uztad Soleh menutup diskusi.

(Sastrawan Batangan, Sabtu,20-01-1996/Kamis, 7-10-2010)